Jumat, 13 Juli 2012

Sekelumit Novel; "Pertemuan Dua Hati"


Sesuai dengan karakteristik pada periode 80-an. Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial. Seperti pada novel pertemuan dua hati ini yang mengangkat kisah seorang guru yang mempunyai prinsip untuk selalu menjunjung tinggi pekerjaan sebagai seorang guru menjadi pekerjaan yang patut untuk di teladani. Bu Suci disini diceritakan memberi kontribusi yang berarti bagi anak muridnya untuk selalu membimbing mereka ke jalan yang semestinya.

Kamis, 12 Juli 2012

Sekilas Novel: "ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH"

Bagaimana rasanya diasingkan gara-gara Anda miskin? Bagaimanakah pilunya hati Anda dilarang bermain, bersantai, menikmati hidup hanya karena Anda tak punya uang? Bagaimana rasanya bila Anda (terpaksa) hanya kuasa berdiri di balik pagar tinggi, memegangnya, dengan (hanya) tatapan mata menembus ragam keindahan fasilitas hidup di balik sana, lantaran Anda miskin?


Dari balik mata bening tak berdoasanya, bocah itu tak kunjung mengerti mengapa ia dilarang bersekolah, bermain, bersahabat, dan bergembira ria seperti bocah-bocah sebayanya di kejauhan sana. Sepasang matanya hanya mampu berkedip murni, bibirnya berkecap-kecap penuh goda, tangannya mencengkeram pagar tinggi...

Rabu, 11 Juli 2012

"Tentang Puisi"


Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποι (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawaa orang lain kedalam keaadaan hatinya.

Minggu, 08 Juli 2012

SASTRA DAN BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA


Sebuah karya mesti dinilai dari ukuran-ukuran estetik terlebih dahulu baru kemudian dinilai dengan ukuran yang lain. Isu apa saja yang muncul dalam kehidupan sosial, politik, budaya dan agama, dapat dijadikan titik tolak penciptaan, sebagaimana ia dapat juga diangkat menjadi bahan verbal penulisan sastra.
Begitupun sebuah Karya sastra bisa dipengaruhi oleh lingkungan sosial-kultur masyarakat yang melingkungi proses penciptaan karya sastra itu sendiri. Dalam kedudukan ini sastra memiliki kesanggupan untuk menjadi saksi sekaligus perekam jalannya perubahan zaman, seperti “Siti Nurbaya” dan “Burung-burung Rantau”. Begitu pula sebaliknya, karya sastra bisa mempengaruhi “alam rasa” dan “alam pikir” masyarakat, sekaligus sanggup membawa perubahan dalam “prilaku-budaya” bagi masyarakat pembacanya.
Sastra sebenarnya merupakan bagian dari budaya masyarakat. Terdapat hubungan yang sangat erat dan timbal balik di antara keduanya. Perkembangan kesastraan sangat dipengaruhi oleh perkembangan suatu masyarakat di mana karya sastra itu dilahirkan. Begitu pula sebaliknya, dalam batas-batas tertentu suatu karya sastra dapat mempengaruhi perkembangan budaya masyarakatnya.