Dalam kehidupan modern saat ini,
penguasaan bahasa tulis bagi seseorang mutlak diperlukan.
Namun, dalam kenyataan
pembelajaran menulis di sekolah kurang begitu mendapatkan perhatian yang
memadai. Akibatnya, keterampilan
menulis siswa kurang memadai.
Ada beberapa penyebab kekurang berhasilan
pembelajaran menulis di Sekolah. Salah satu penyebabnya ialah penyampaian
materi yang masih menggunakan pendekatan tidak terpadu.
Keempat keterampilan berbahasa
(keterampilan menulis, membaca, menyimak, dan berbicara) ini berdiri
sendiri-sendiri, bahkan dianggap sebagai ilmu tersendiri.
Realisasi pembelajaran menulis
secara terpadu terikat dua hal, yaitu (1) keseluruhan proses
pembelajaran berorientasi pada
kebermaknaan dan (2) pembelajaran berorientasi pada pembelajar.
Atau dengan kata lain "Pembelajaran dijadikan fokus utama sebagai
pelaku pembelajaran"
1. Kemampuan Menulis
Menulis pada hakikatnya adalah
melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami seseorang
untuk dibaca orang lain yang dapat memahami bahasa dan
lambang-lambang grafis itu (HG
Tarigan, 1983:21).
Sebagai bentuk penuangan gagasan,
jenis-jenis tulisan berdasarkan tujuan yang disampaikan
ada bermacam-macam. Keraf
(1995:6-7) membagi jenis tulisan menjadi lima yaitu (1) eksposisi, (2)
argumentasi, (3) persuasi, (4)
deskripsi, dan (5) narasi. Selanjutnya dikemukakan bahwa persuasi
merupakan varian dari
argumentasi.
Gorys Keraf (1984: 8-9)
mengemukakan bahwa manfaat menulis, yaitu untuk (1) mengenal diri
sendiri, (2) lebih memahami orang
lain, (3) belajar mengamati dunia sekitar dengan cermat, dan (4)
untuk mengembangkan proses
berpikir secara jelas dan teratur.
Dalam proses menulis
sekurang-kurangnya mencakup lima unsur, yaitu (1) isi karangan, (2)
bentuk karangan, (3) tata bahasa,
(4) gaya, dan (5) ejaan dan tanda baca (Harris, 1974:68).
Dari beberapa pendapat tersebut,
dapat disimpulkan bahwa proses menulis akademik, tahap-tahap menulis meliputi
(1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap perbaikan
(revisi).Tulisan yang baik
mempunyai ciri-ciri (1) mudah, (2) berterima, (3) ekonomis, (4) tepat, (5)
langsung, (6) utuh, dan (7)
gramatikal.
2. Penguasaan Struktur Bahasa dalam Menulis
Aspek penguasaan struktur bahasa
(gramatikal) merupakan salah satu dari bekal kemampuan
menulis. Penguasaan terhadap
struktur bahasa berarti kemampuan untuk mengetahui struktur bahasa
sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
Dalam perkembangan sekarang,
struktur bahasa bahkan bukan hanya tata bunyi, tata bentuk,
tata kalimat, dan tata makna,
melainkan sudah sampai kepada tata wacana.
Kaitan Teknik Penulisan dengan Kemampuan Berbahasa dalam Menulis
Teknik penulisan (ilmiah)
mempunyai dua aspek, yaitu (1) gaya penulisan (membuat ilmiah) dan
(2) teknik notasi dalam
menyebutkan sumber dari pengetahuan yang digunakan dalam penulisan.
Komunikasi (ilmiah) harus jelas
dan tepat yang memungkinkan proses penyampaian pesan yang
bersifat reproduktif dan
impersonal.
Dalam penyusunan paragraf,
penguasaan kalimat oleh para pembelajar sangat penting karena kalimat merupakan
pendukung paragraf yang merupakan dasar pokok karangan. Karangan yang baik
terdiri atas susunan kalimat yang
baik.
3. Penilaian Tulisan
Dalam menilai suatu tulisan, ada
beberapa cara yang digunakan. Madsen (1983:120) membagi
cara penilaian karangan menjadi
dua, yaitu (1) cara analitik dan (2) cara holistik. Penilaian secara
analitik dalam penelitian ini
dilakukan dengan melihat aspek-aspek yang ada dalam karangan. Penilaian
holistik dilakukan dengan cara
melihat karangan secara menyeluruh dan dalam hal ini yang
dipentingkan sifat komunikasinya.
Pendekatan Pembelajaran Terpadu
a. Hakikat Pembelajaran Terpadu
Istilah terpadu oleh Nasution
(1978: 10) dikaitkan dengan kurikulum terpadu bahwa pembelajaran
terpadu ialah pembelajaran yang
meniadakan batas-batas berbagai mata pelajaran dalam bentuk unitunit atau
keseluruhan. Kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat membentuk pribadi
pembelajar
yang terpadu, yaitu manusia yang
sesuai dan selaras.
b. Pendekatan Terpadu dalam Pembelajaran Bahasa
Pendekatan pembelajaran yang
diterapkan dalam pembelajaran berbahasa mempunyai tujuan
agar siswa tuntas berbahasa.
Semua pendekatan yang dikonsepkan oleh para pakar bahasa bertujuan
agar anak didik segera terampil
berbahasa dalam penggunaan bahan ajar tertentu (Pateda, 1991: 98).
Istilah pendekatan terpadu
dikemukakan oleh Oxford, et al. (1994: 257) bahwa pendekatan
terpadu adalah pengajaran
keterampilan berbahasa pada membaca, menulis, menyimak, dan berbicara
yang satu berhubungan dengan yang
lain, pada waktu suatu pengajaran berisi aktivitas-aktivitas yang
menghubungkan antara menyimak dan
berbicara serta menulis dan membaca dengan penekanan pada
kenyataan dan kebermaknaan
komunikasi.
c. Model Pembelajaran Terpadu
Ditinjau dari cara memadukan
konsep, keterampilan, dan unit tematiknya terdapat beberapa cara
merencanakan pembelajaran
terpadu. Forgaty (1991: 15) mengajukan beberapa model pembelajaran
terpadu, antara lain (1)
connected, (2) nested, (3) webbed, dan (4) integrated.
Dalam pembelajaran menulis
diupayakan pada keterampilan berbahasa yang ditunjukkan untuk
memahami isi, menggabungkan daya
pikir, dan menggabungkan keterampilan sosial.
d. Model Pembelajaran Terpadu dalam Keterampilan Berbahasa
Teori keterpaduan bahasa, menurut
Pappas et al. (1995: 7) didasari oleh tiga prinsip, yaitu (1)
pembelajar yang aktif dan
konstruktif, (2) bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan dan
mengekspresikan tujuan kehidupan
sosialnya dalam bermacam-macam bahasa, dan (3) pengetahuan
yang diorganisasi dan disusun
berdasarkan individu pembelajar melalui intraksi sosial.
Di dalam pembelajaran ini porsi
menulis lebih banyak dibandingkan dengan aspek keterampilan
yang lain.
Pola-pola pembelajaran kemampuan
menulis dapat bervariasi, antara lain sebagai berikut.
Menyimak – berdiskusi – menulis
Berdiskusi – menulis - membaca
Menulis – melaporkan – membaca
Membaca – menulis – berdiskusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar